Aku Tetap Cinta

Aku Tetap Cinta*


Tak perlu kata maaf dan air mata
Aku rela..Dirimu pergi

8 bulan berlalu sejak aku memutuskan untuk berpacaran dengan dia, Dara. Wanita yang memberikan kesempatan kepadaku agar dapat merasakan jiwa muda yang sebenarnya. Bermain, kencan, lalu melakukan hal semua hal yang biasa dilakukan oleh dua orang yang biasa di sebut sedang berkekasih. Bahagia. Itulah yang pernah aku rasakan dan aku selalu berharap akan terus bersama dia hingga dapat membangun keluarga yang harmonis. Teringat saat minggu lalu, aku dan dia membahas tentang impian kami setelah menikah di taman tempat aku dan dia biasa bertemu.
            “Tom, kira-kira kamu mau nikah sama aku enggak ?.” Tanya dara
            “Ya mau lah Ra, kita nikah dan punya banyak anak nanti.” Jawabku semangat
            “Hah? Banyak anak gimana ?.” sepertinya dia terlihat bingung
            “Ya, nanti aku mau punya 12 anak, haha.” Aku tertawa
            “Banyak banget tom, sakit lah akunya.”
            “kalo sedikit nanti kita mainnya juga sedikit dong ?.” Tanyaku menggoda
            “Main apaan ?.”
            “Main itu…”
            “Main Apaan ?.”
            “Ya main itu lah, haha.” Aku tertawa melihat mukanya yang sudah terlihat bingung
            “Ih, Ngga jelas.” Sambil mencubitku sedangkan aku meliuk-liukkan badanku untuk menghindari cubitannya. Masih banyak sebenarnya hal bahagia lain yang sampai saat ini masih aku rasakan.
            Namun sore ini, dia tidak seperti biasanya, tadi siang saat aku masih di tempat kerjaku dia menelpon untuk memaksa bertemu denganku di taman tempat kami biasa bertemu, hatiku seperti merasa ada yang aneh dengan tingkahnya itu hingga kuputuskan sore ini aku harus bergegas menemuinya. Sesampainya di taman kulihat dia sudah terlebih dulu sampai karena tadi siangpun dia tidak mau untuk aku jemput seperti biasanya. Dari jauh dia mendekatiku sambil berlinang air mata. Lirih ku dengar dia bicara.
            “Tom, maaf tom kita harus menyudahi hubungan ini sekarang.” Katanya terisak, seperti tidak biasanya aku mendengarnya. Bagai tersambar petir di siang bolong aku kaget lalu bertanya kepadanya.
            “Kenapa harus begini Ra? Salah apa aku sampai kamu harus mutusin aku mendadak seperti ini ?.” sepertinya dia masih belum bisa menjawab karena isaknya masih terdengar pelan. Perlahan dia mencoba menata perasaannya dan perlahan pula dia menjelaskan padaku semua  sebab hingga hal ini bisa terjadi.
“Bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya ?.” tanyaku padanya sebelum aku harus meninggalkannya. Dia hanya terdiam dan menganggu. Maka akupun memeluknya untuk yang terakhir kalinya agar aku rela melepasnya pergi. Perlahan.
**
Aku bisa tau apa yang kau mau
Dengan… Pilihanmu

            Malam ini sambil menatap kosong di jendela kamarku, aku mulai memutar kembali memoriku saat aku baru bertemu dengan Dara. Lalu pertemuan pertama, pertemuan kedua, saat dulu aku dan dia jadian, awal jadian, kencan malam minggu, kencan tahun baru serta masih banyak kenangan indah antara aku dan dia. Terutama satu yang membuatku bahagia adalah saat dia tersenyum. Aku tak pernah menyangka bahwa kisah indahku dengan dia harus berakhir seperti tadi sore. Teringat akan penjelasan yang ia berikan padaku saat dia sudah berhenti menangis.
            “Maaf tom, kita berakhir seperti ini bukanlah mauku.” Ucapnya
            “Lalu, apa yang terjadi denganmu ?.” Tanyaku sesaat
            “Aku harus mengikuti apa yang di inginkan oleh keluargaku tom.”
            “Lantas, apa mau keluargamu ? menikah dengan lelaki lainkah ? Apakah aku tidak laik lagi untukmu ?.” Tanyaku meminta penjelasan.
            Dara mengangguk perlahan, lalu mulai kembali bicara
            “Ayahku ternyata sudah merencanakan perjodohan dengan sahabat dekatnya sehingga aku dan anak teman ayahku akan menikah minggu depan. Kau sudah sangat laik tom, namun kau terlambat untuk datang ke hadapan ayahku tom.”
Aku pun hanya diam seperti patung, akal sehatku masih berjalan dan masih berfikir dengan jernih, aku mengutuk diriku sendiri dalam keadaan ini. Semua memang salahku, kenapa tidak ada nyali untuk meminangnya ? sedangkan aku sendiri sudah terbilang cukup mapan.
            “Lalu apa yang harus kita lakukan saat sekarang ? tidak bisakah lagi kita perjuangkan cinta kita ?.” tanyaku pada dara
            “Sudahlah tom, aku harap kamu bisa dengan rela melepasku karena aku yakin bahwa di luar sana masih banyak wanita yang lebih pantas untuk kamu perjuangkan di banding aku, tak usahlah repot-repot kamu memperjuangkanku lagi, kamu tau sendiri bagaimana perangai ayahku bukan ?.” Dia mengatakan dengan perasaan yang sudah tertata lebih baik dari sebelumnya.
            “Kalau kamu bersedia hadir, hadirlah di pernikahanku. Ini undangan pernikahanku untuk minggu depan.” Dia menyerahkan undangan pernikahannya. Terasa berat aku menerimanya, mungkin sekarang aku haruslah bisa mengertikan perasaannya. Perasaan dia, seorang wanita yang aku cinta, dan hingga saat ini cinta itupun masih tersisa
**
Hancur hancur cintaku
Sakit sakit hatiku

            Malam ini memanglah sangat berat bagiku untuk memejamkan mata, setelah tadi aku mengingat penjelasan dari Dara, gadis yang saat ini berstatus sebagai bekas kekasihku. Hancur sudah kini masa depan yang aku rancang bersama dia, semua kenangan bersama dia. Sakit, hati ini rasanya sakit seakan gairahku untuk hidup banyak  yang berkurang, mimpi-mimpiku pun harus sirna. Sekilas aku mengingat mimpiku dengan dia untuk berwisata ke Eropa saat kami tengah berbincang dengannya di sebuah alun-alun di kota kami.
            “Ra, kamu punya destinasi Negara favorit enggak ?.” Tanyaku
            “Punya dong, kamu sendiri ?.” Dia balik bertanya
            “Aku juga punya, Negara di bagian eropa.” Jawabku
            “Sama dong, aku juga bermimpi untuk bisa ke Eropa.”
            “Eropa kan luas masa mau semua Negara kamu kunjungi ?.”
            “Ya enggak lah, hanya Negara tertentu saja.”
            “Kalau aku pribadi pengin ke Paris. Kota pusat mode dunia.”
            “Wah tom, kok sama sih Negara favorit kita ?.”
            “Ya emang alau udah jodoh ngga bisa beda kan.” Jawabku sambil tersenyum kepadanya, dan diapun juga membalas senyumku. Indah sekali.
            “Aku ber angan-angan, kalau nanti kita menikah kita bisa bulan madu di Paris Ra, menikmati Indahnya malam di negri orang bersama wanita yang aku sayang.” Aku mulai menceritakan semua anganku dengan semangat, dan diapun antusias mendengarnya lalu tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Tak terasa malam berlalu begitu cepat hingga sudah tiba waktuku harus mengantarkan dia menuju rumahnya. Memang, benar apa yang dikatakan para pecinta pendahulu bahwa, waktu akan terasa begitu cepat saat dua hati yang saling cinta sedang bersua.
            Indah sekali masa-masa itu, serasa dunia hanya milikku dan miliknya, yang lain hanya menumpang saja, semua kenangan berlalu di otakku seperti sedang memutar film documenter. Namun perlahan tapi pasti aku haruslah bisa melewati masa-masa ini, aku harus bisa mengikhlaskan dia menjadi milik orang lain, walau hancur dan sakit. Aku percaya waktulah yang akan mengobati semua itu.
**
Tapi tak bisa.. aku menyalahkanmu
Inilah jalanmu, inilah nasibku
Yang tak kusuka

            Pagi ini aku terbangun dan aku merasakan seperti ada yang berbeda dari hari biasanya, saat aku cek ponselku, sudah tidak ada lagi sapaan selama pagi dari dia ataupun banyak pesan untuk membangunkanku dari tidur. Tak ada yang bisa disalahkan dalam keadaan ini, kecuali aku harus menyalahkan diriku sendiri, semua keinginan ayahnya dan kehendak tuhan. Percuma juga bila kelak aku melamarnya namun ayahnya tidak menyetujuinya. Ini semua memang telah di tetapkan tuhan sebagi jalan hidupnya dan memanglah sudah menjadi nasibku. Meski, kalau boleh jujur aku tidak sama sekali menyukai kenyataanku saat ini. Namun, percuma saja aku menyalahkan nasib yang hanya akan berujung sia-sia.
            Berkali – kali aku harus yakinkan diriku sendiri bahwa yang sudah terjadi maka terjadilah, Tak bisa kita menolak takdir. Sedikit lemas aku menyiapkan diriku untuk memulai aktifitas seperti biasa. Mulai dari persiapan hingga berangkat kerja. Semua akan baik-baik saja. Baiklah saatnya aku pergi menuju kantor.
**
            Jam istirahat siang di kantorku aku manfaatkan untuk mengisi waktuku di kantin bersama karibku deden. Hamper saja aku bisa melupakan maslah yang sedang menghinggapiku sampai deden membuka lagi luka itu secara tidak sengaja dengan sebuah percakapan.
            “Tom, besok malming kita double date yuk ?.” ajak dia tanpa perasaan bersalah.
            “Sorry bro, aku sudah putus dengan dara.” Jawabku lesu
            “Hah ? Kapan ? Maaf bro aku tidak tau soal itu, aku ikut simpati aja bro.” katanya dengan rasa sedikit bersalah
            “Kalem aja bro, saat ini aku lagi berusaha untuk tegar.” Jawabku tersenyum kepada dia, senyum palsu yang aku paksakan untuk menghibur diriku sendiri. Istirahat siang itu deden lebih banyak menyemangatiku karena akupun lebih sedikit bicara tidak seperti biasanya. Dia memang sahabat yang selalu mengerti. Mungkin karena dia lebih memiliki banyak pengalaman dari hal ini maka aku pikir tidak ada ruginya jika aku harus banyak mendengarkan apa yang dia ucapkan.
**
Asal kau tau, seumur hidupku
Aku tetap cinta
Dan kau harus tau. Seumur hidupku
Aku tetap cinta

Seminggu kemudian..
            Malam ini adalah malam terakhir Dara berstatus single, besok adalah hari bahagia untuknya dan seharusnya aku pun bahagia. Aku mendapatkan nasehat dari Deden bahwa cinta memiliki dua jalan. Mengikhlaskan atau menghalalkan. Ikhlas atau rela jika dia bukan jodoh kita, atau menghalalkan dia menjadi istri untuk selamanya. Kali ini aku haruslah ikhlas dan tegar menerima bahwa Dara bukanlah jodoh yang telah tuhan tetapkan untukku. Malam ini mungkin aku akan lebih banya bernostalgia seoraang diri sebelum besok aku menghadiri pernikahannya untuk mendoakan dia bahagia dengan seorang yang telah tuhan tetapkan untuknya.
            Esok harinya, aku terbangun seperti biasa. Kini, aku sudah terbiasa menjalani hari – hariku tanpa Dara. Walau awalnya tidak mudah, tapi seiring berjalannya waktu aku bisa membiasakan diriku. Hari ini aku tidak boleh terlambat untuk menghadiri pernikaha orang yang dulu aku cinta.
            Benarlah orang bijak berkata bahwa, bahagia memiliki banyak cara. Salah satunya adalah dengan melihat orang yang kita cintai dan sayangi bahagia. Meski, kebahagiaan yang ia rasakan dan dapatkan buka dari kita. Juga, kebahagiaan itu akhirnya bukan bersama kita.
            Dara, aku bahagia bila kau bahagia walau tanpa ada aku di dalamnya pun aku akan tetap bahagia, ketahuilah bahwa sampai kapanpun juga aku akan tetap cinta, aku akan tetap rindu. Dengan semua kenangan indah yang pernah kau bagikan padaku. Maka, bila dengan merelakanmu akan membuatmu bahagia. Hal itu akan aku lakukan dengan tulus karena cintaku padamu.
END

Lagu oleh : Repvblik – Aku Tetap Cinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KITA YANG BERBEDA